Skip to main content

Beban

Derauan sudah tak kembali meneriakan kata-kata yang membebaskanku dalam hidup ini. Semuanya seakan dibatasi oleh sebuah tembok besar yang menghalangiku untuk mengcapkan satu kalimat untuk terakhir kalinya. Semuanya berjalan cepat layaknya air yang mengalir dari hulu ke hilir. Tanpa disadari yang ada hanya kenangan.

Sebuah lagu menceritakan kenelangsaan seorang manusia yang putus cinta. Selalu saja lagu seperti yang aku dengarkan. Tidak dapat mengucapkan alasan untuk berhenti tak terhenyak sesaat. California menghembuskan hawa dingin pada pagi ini. Sebuah jendela bersampulkan emoun membuat pagi ini serasa adalah pagi terakhir yang aku temui sepanjang hidupku.

Disebuah apartemen yang bernuansa coklat, tenang dan damai. Seseorang seperti mengajaku kesuatu tempat. Entah siapa dan apa maksudnya dia mengajaku kesuatu tempat itu. Selalu saja ku termenung sebelum melakukan sesuatu. Ini sebuah sesuatu yang mungkin hanya aku yang tahu dan haripun menjadi saksi dimana sebuah kepenatan melanda diriku. Beban.

Benar ini merupakan sebuah kehidupan. Semuanya erjalan begitu cepat. Sebuah keindahan yang mungkin tak selamanya selalu ku genggam. Sebuah pilihan untuk memilih hendak manakah yang akan ku ambil dalam hidup ini. Semuanya serba rumit dan sungguh membebaniku. Hedaknya mencari jawaban dari semua ini tetapi memang tidak bisa.

Comments

Popular posts from this blog

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan anta...

Sangkut

Places

Setelah beberapa waktu ini engga banyak nulis, akhirnya kali ini bisa nulis juga. Tentu disuasana yang beda sama pemikiran yang berbeda. Waktu rasanya cepet banget kali ini. Mulai nulis taun 2009 (tapi blog lama lupa password, penyakit), ga berasa aja sekarang udah tahun 2016. Tulisan di tahun ke-7 ini banyak rasa-rasa yang udah campur aduk, perjalanan yang berasa bukan kelok-kelok lagi, tapi udah berasa "ribet". Ya, gini adanya. Buat nulis hari ini, banyak kerjaan dulu yang harus diberesin dan gatau tiba-tiba punya inisiatif tingkat tinggi buat beresin beberapa file yang acak-acakan di dekstop sama di beberapa folder laptop. Ya sedikit mendingan dibanding sebelumnya. Yang belum mendingan cuma laptopnya aja, masih jadul (belum mampu beli dan secara ga langsung masih nyaman buat dipake), ya gitulah! :D Ngomong-ngomong ini persis 1 taun lebih 20 harian tinggal di kota orang (Jakarta) dan ya 8 bulan yang lalu genap umur saya di usia 23 tahun. Itu taun kedua sih ngerayai...