Skip to main content

Places

Setelah beberapa waktu ini engga banyak nulis, akhirnya kali ini bisa nulis juga. Tentu disuasana yang beda sama pemikiran yang berbeda. Waktu rasanya cepet banget kali ini. Mulai nulis taun 2009 (tapi blog lama lupa password, penyakit), ga berasa aja sekarang udah tahun 2016. Tulisan di tahun ke-7 ini banyak rasa-rasa yang udah campur aduk, perjalanan yang berasa bukan kelok-kelok lagi, tapi udah berasa "ribet". Ya, gini adanya.

Buat nulis hari ini, banyak kerjaan dulu yang harus diberesin dan gatau tiba-tiba punya inisiatif tingkat tinggi buat beresin beberapa file yang acak-acakan di dekstop sama di beberapa folder laptop. Ya sedikit mendingan dibanding sebelumnya. Yang belum mendingan cuma laptopnya aja, masih jadul (belum mampu beli dan secara ga langsung masih nyaman buat dipake), ya gitulah! :D

Ngomong-ngomong ini persis 1 taun lebih 20 harian tinggal di kota orang (Jakarta) dan ya 8 bulan yang lalu genap umur saya di usia 23 tahun. Itu taun kedua sih ngerayain ulang taun di Jakarta. Taun 2014 ngerayain di Jakarta, 2015 di Jakarta, ya kurang lebih taun ini kemungkinan besar di Jakarta lagi dengan format umur ditambah 1, 23+1= 24 tahun. Kejutan! Saya kaget ga nyangka aja taun 2016 ini udah nginjek di usia 24 taun. Tua! haha banyak yang bilang, "Lo udah 24, tua!" haha. Banyak hal yang dipikirin jadi lebih bijak sama selektif lagi. Hidup udah di taraf paling serius, ya super duper serius. Karena menurut saya, udah mau nyape di 1/4 abad, hidup saya harus lebih diisi sama kegiatan atau pekerjaan yang (lebih) membanggakan dan (lebih) membahagiakan. hehe ya short of top of our life. 

Tahun ke-2 di Jakarta, mulai membaur lebih dalam, ngerti lebih dalam soal budaya, sifat dan sikap dari masyarakat dan kelompok yang ada di Jakarta. Prosesnya alami, jalanin aja. Kebetulan beberapa temen-temen saya yang tinggal di Tasik, Cirebon, Bandung dan di Makassar selalu nanya, "Gimana bisa sih buat adaptasi di beberapa kota yang berbeda? baru hidup 23 taun tapi udah beberapa kali pindah dan ngerasain bentuk kota yang berbeda?" hahaha ini pertanyaan yang selalu bikin ketawa. Saya bilang, "Semua dari 0 (Nol), prinsipnya jalanin aja. Pelajarin aja, lama-lama juga bakal ngerti sendiri" Ya bisa disebut "penjelajah" kota sama beberapa temen yang kebetulan kena share buat cerita sama kegiatan saya. Banyak yang bilang juga karena saya banyak tinggal dan ga pernah diem lama di satu kota, mereka selalu bilang "Lo ga punya budaya ri, manusia ga berbudaya" hahaha ini hal yang paling lucu atau ada lagi, "muka, mata, bahasa, sikap, pola pikir, badan, ga ngegambarin lo sunda, jawa, bugis, cina, arab atau apapun. Saya cuma bisa bilang "ya Indonesia aja deh" haha. Indonesian it is! haha.

Intinya, tahun ke-2 di Jakarta, semuanya makin ngebentuk apa yang udah diimpiin dari dulu dan apa yang di pengenin sama beberapa orang yang sempet bangun mimpi sama-sama. Ini serius! 

Tapi liat penjelasan diatas, saya sadar diri jadi makin lebih tua. Ya sambil senyum dikit aja, tetap jalanin apa yang harus dan bisa dijalanin. Makin sadar kalo pake publc transportation itu lebih nikmat dibanding kendaraan pribadi (sebenernya emang ga punya kendaraan pribadi sih haha!) Ngerasain macet yang luar biasa bikin keringet ngucur sedemkian rupa. Makin sadar hiruk pikuk di Jakarta itu keras, yang maksa kalo kita yang hidup di Jakarta harus "keras" juga. Soalnya dulu tinggal di kota-kota yang ga se-rumit kaya kota Jakarta. Perlahan tinggal di Jakarta, tempat makan sampe ngopi ternyata dapet juga yang bikin nyaman, dan ini yang paling bahagia sih, bisa banyak nonton pertunjukan seni, kaya teater atau pagelaran musik yang lebih banyak di banding di kota-kota sebelumnya. Ya, intinya tersalurkanlah. 

Dari semuanya, saya setuju kalo kenapa saya harus tinggal di kota ini lebih lama lagi, Jakarta!
You right! I think my life belong to this city, now.



Jakarta,
26 Januari 2016
Senja sore Jakarta

Comments

Popular posts from this blog

Mocca make me feel so happy

  Mocca, sebuah sesuatu yang sangat sering saya dengar didalam kampus maupun diluar kampus, dikota besar maupun dikota kecil. Banyak yang menyukai mocca. Mocca menurut mereka adalah salah satu minuman favorit yang wajib diketahui dan wajib dicioba. Sepintas terlihat memang minuman ini sungguh membuat lidah ingin mencicipi kelembutan float dan rasa mocca yang begitu menenangkan jiwa. Bandung merupakan kawasan kota yang dapat dibilang mempunyai hawa yang sejuk dan dingin pada saat malam. Saya sering mencoba kebeberapa cafe saat malam datang untuk sekedar menikmati mocca disetiap cafe yang saya kunjungi. Terasa kenikmatan mocca yang sangat menggigit dilidah dan menyenangkan dihati.  Beberapa bulan saya tinggal disini sudah ada beberapa cafe yang saya datangi untuk sekedar hanya menikmati mocca disetiap cafe tersebut. Harga untuk mocca memang sangat tergantung apa yang hendak dipesan. Tapi taste yang menyentuh jiwa tidak dapat dihargai sedikitpun. Kenikmatan, keindahan, aroma, dan rasa

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan antara a

I love you daddy

 When I was a baby 1. He cried when he first saw me. 2. He bought me everything I needed. 3. He smiled when he first heard our first word - even if it wasn’t DADDY. 4. He never gave up teaching me the simplest things. When I am a teenager 5. He works days and nights, and never complains. 6. He still buys me everything I need. 7. He is never mad when my report card is on fire, He smiles and says, “You will do better than this.” 8. He supports me in everything I do. 9. He comes to my tennis games and supports me like a mad-fan. 10. He still reminds me to have my breakfast, lunch and dinner so I’ll never skip them. 11. He sets my latest-hour to be out with my friends. 12. His smile makes me feel much better. 13. His hug can never be replaced by anyone else. 14. Even when he is tired, he still takes a moment of his time, goes to my room and sees me sleep. 15. He loves me for who I really am. 16. He keeps on calling when I don’t pick up the calls. 17. He never yells.