Skip to main content

Etalase Rindu

Ada begitu banyak luapan emosi yang lama tak tertuang di sini. Satu hari berganti dan terus berlari, aku sengaja tak sengaja memendamnya. Rasanya memang mustahil, mengingat aku bukan tipe orang yang biasa membiarkan rasa mengendap di dalam hati dan pikiran, tapi aku terlalu larut merasa hingga tak kuasa mewujudkan apa kata hati. Aku tak ingin mengendapkan rasa karena akan lama ia berlalu, hingga ujungnya hanya ada keluh kesah mengenai waktu yang tak kunjung tiba. Biar kelincahan ini jadi kaku, tapi jangan khawatir ia akan membeku. Lahar rindu masih lebih panas dan mampu mencairkan kabung yang membeku, karena jarak. 

Begini sayang, beberapa bulan yang lalu aku begitu fasih mengungkap duka ke dalam etalase kata yang menari sendiri tanpa aku rencanakan. Jika kini aku rehat dan buntu, maka ia bukan duka, bukan? Ah, itulah dia, nikmatnya sibuk merasa. Apapun tentang kamu makin lama semakin membumbung tinggi melebihi bukit manapun yang pernah hati ini jelajah. Satu waktu aku umumkan bahwa jarak adalah harga matiku untuk bersanding, jangan harap! Lalu, waktu itu mengalir dan menabung masanya menjadi sekian lama aku mengamini segala sesuatu yang terjadi dalam pusaran jarak dan rindu yang tak tertuang.

Tidak ada yang pernah aku duga tentang kamu, pun tentang kita. Setidaknya, sampai sejauh dan selama ini. Sederhana saja, aku mencintaimu sampai detik ini. Aku rasa detik di esok pun masih serupa dan persis rasanya. Lalu, ke manakah jarak memimpinku?

Satu kekuatan yang tak bisa kutempuh atau kusangkal sendiri, bahwa jarak telah memberikan tugu perasaan yang kini harus kuecap. Syukur atas nikmatnya rasa ini kadang membuatku menangis oleh rindu, oleh kemampuanku untuk berdiri dan tetap memilih kamu. Kira-kira begitu. Tidak sulit bukan?
Malam ini aku memutuskan untuk mencoba kembali berlaku di etalase kataku sendiri dan masih bisa kuberitahu padamu, bahwa kuat itu masih ada. Seperti yang sering kita diskusikan bersama dengan penuh rindu dan haru, suatu saat nanti, kala tidak ada laut yang memisahkan juga nelangsa yang menyelimuti rindu tak bermeja, jarak adalah kekuatan kita untuk mematri monumen rasa itu lebih kuat dari yang pernah (aku) perkirakan.
Amini saja.

Aku tetap merindukan kamu, dengan kuat.
Embuskan saja napasmu malam ini, karena jarak masih membentang dan menjajah manisnya angan di satu peraduan untuk membayar kita menikmati satu sama lain.
Tapi, Sayang, jangan lupa menyapa kaki pelangi, karena suatu hari nanti kita akan bangun untuk menangkap tiap lapisan warnanya, di satu pijakan tanah yang sama.
Kuatkanlah rindu ini, wahai jarak.***



Cirebon, 26 Desember 2013
di satu malam yang sama, ketika merindu kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Mocca make me feel so happy

  Mocca, sebuah sesuatu yang sangat sering saya dengar didalam kampus maupun diluar kampus, dikota besar maupun dikota kecil. Banyak yang menyukai mocca. Mocca menurut mereka adalah salah satu minuman favorit yang wajib diketahui dan wajib dicioba. Sepintas terlihat memang minuman ini sungguh membuat lidah ingin mencicipi kelembutan float dan rasa mocca yang begitu menenangkan jiwa. Bandung merupakan kawasan kota yang dapat dibilang mempunyai hawa yang sejuk dan dingin pada saat malam. Saya sering mencoba kebeberapa cafe saat malam datang untuk sekedar menikmati mocca disetiap cafe yang saya kunjungi. Terasa kenikmatan mocca yang sangat menggigit dilidah dan menyenangkan dihati.  Beberapa bulan saya tinggal disini sudah ada beberapa cafe yang saya datangi untuk sekedar hanya menikmati mocca disetiap cafe tersebut. Harga untuk mocca memang sangat tergantung apa yang hendak dipesan. Tapi taste yang menyentuh jiwa tidak dapat dihargai sedikitpun. Kenikmatan, keindahan, aroma, dan rasa

I love you daddy

 When I was a baby 1. He cried when he first saw me. 2. He bought me everything I needed. 3. He smiled when he first heard our first word - even if it wasn’t DADDY. 4. He never gave up teaching me the simplest things. When I am a teenager 5. He works days and nights, and never complains. 6. He still buys me everything I need. 7. He is never mad when my report card is on fire, He smiles and says, “You will do better than this.” 8. He supports me in everything I do. 9. He comes to my tennis games and supports me like a mad-fan. 10. He still reminds me to have my breakfast, lunch and dinner so I’ll never skip them. 11. He sets my latest-hour to be out with my friends. 12. His smile makes me feel much better. 13. His hug can never be replaced by anyone else. 14. Even when he is tired, he still takes a moment of his time, goes to my room and sees me sleep. 15. He loves me for who I really am. 16. He keeps on calling when I don’t pick up the calls. 17. He never yells.

Hospital 2007

Sebuah ruangan entah nomor berapa kamu terbaring lemas dan tidak berdaya. Wajahmu memancarkan perbedaan yang sangat berbeda, tidak seperti biasanya. Bibirmu yang hanya dapat tersenyum dengan harapan dapat memberitahu kepadaku bahwa kau baik-baik saja. Selang infus dan selang tabung oksigen tertancap didalam lengan kiri dan hidungmu yang mancung. Sungguh ini menyedihkan bagiku untuk melihatmu dalam keadaan seperti itu. Hari ini kau memasuki hari pertama untuk merelaksasikan tubuhmu dalam pangkuan sebuah kasur yang sangat jauh berbeda dengan kasurmu yang nyaman, dirumahmu. Tercium aroma untuk kamarmu saat ini yang sangat berbeda dengan aroma tubuhmu yang begitu harum dan menyenangkan. Tercium bebauan yang sangat lazin halnya untuk disebuah rumah yang semua orang berkunjung hanya untuk menengok orang sakit. Sebuah rumah yang sakit atau hanya aku saja yang menyebut rumah yang sakit ? Sudah beberapa hari ini aku menemanimu diruangan yang tidak pernah kita harapkan dan tidak membuat n