Melihat,
mengamatimu adalah satu hiburan bagiku. Seharusnya hal itu biasa saja,
tapi kondisi kita tidak biasa bagiku, tepatnya sungguh kubenci. Itulah
mengapa sering kita habiskan waktu untuk diam dan bertatap saja,
terlebih di tengah keramaian seperti ini, menatap matamu adalah satu
ketenangan untukku. Aku ingin menikmati tiap detik aku bisa menelusuri
kamu dengan mataku, karena penglihatan akan kamu mahal harganya.
Lihat,
kamu sedang memandangi botol itu sembari kau putar-putar ia dengan
jari-jarimu yang panjang. Kau sedang berhemat untuk menyesapnya ketika
tinggal setengah tersisa, karena kamu tahu ketika cairan itu habis
artinya kamu harus membayar harga agar bisa menikmatinya lagi. Sekian
rasanya hitungan waktu yang kita punya, bagaikan cairan bir yang ada
dalam botol kaca hijau itu. Kala habis, kamu harus menunggu waktu yang
tepat untuk merogoh kocek dan membelinya, menikmatinya, merasakan pahit
dan sodanya di kedua belah bibirmu. Kamu akan mengecapnya dengan
hati-hati hingga akhirnya kau tengadahkan kepala tanda ada kelegaan yang
menjalarimu, lega karena telah merasakan nikmatnya relaksasi yang kau
kecap.
Kamu
tahu aku tidak akan lama di sini dan ada harga yang harus dibayar untuk
kebersamaan ini. Tiap detik kita tidak pernah gratis, ia akan selalu
dibayar dengan harga bernama rindu. Aku rindu, mengamatimu menikmati
botol waktu kepulanganku.****
Bandung, 28 Desember 2013
Comments
Post a Comment