Aku berlari sekencang mungkin, tanpa menoleh ke belakang dan tak peduli
dengan napas yang makin terengah-engah cenderung hampir habis ini. Tak
ada udara tersisa yang bisa aku hirup karena semua menabrak permukaan
kulit wajahku, perih rasanya. Jalan di depan masih tak ada ujungnya,
namun selama kulihat jalan masih beraspal, aku akan terus mengayuh
kakiku melawan udara dan terus melihat ke depan. Tak tahu berapa meter
atau kilometer sudah terlampaui, apa yang aku inginkan hanya segera
menjauh dari langkah pertama kakiku menjejak tadi. Gelegar di langit
terasa makin mendekat, angin-angin meniupkan dedaunan yang menempel di
betis telanjangku dan membuat aku sadar makin lama makin berat dan habis
napasku.
Lariku memelan dan
tenagaku terasa makin habis, tubuh ini sudah menurun dayanya setelah
mati-matian aku mengurasnya selama beberapa lama tadi. Ada sebuah pohon
tak jauh dari tempat aku berpijak terseok-seok kini, tanganku memegang
perut dan dada yang sakit juga sesak. Tangan kiriku menggapai-gapai ke
depan, seolah berharap bisa langsung meraih batang pohon untuk menahan
tubuhku yang sebentar lagi rubuh.
Sedikit lagi...sedikit lagi... Aku berusaha sekuat tenagaku yang tersisa untuk terus fokus memandang batang pohon itu. Tiba...
Terjatuh
lemas, aku memburu nafas yang sesak dan kejang seperti orang hendak mati. Mengerikan
sekali menyadari bahwa tak banyak napas yang aku miliki detik ini.
Kuseret seluruh tubuhku hingga bisa bersandar ke batang pohon kokoh itu,
susah payah kuangkat pinggangku untuk menyandarkan punggung. Diam
selama beberapa saat, aku mengatur napas sambil memejamkan mata. Sudah...cukup...jauh...
Hening
sekian menit dan aku masih menunggu hingga dadaku bisa berdetak stabil,
lalu kubuka dua kelopak mataku. Kupandangi sejauh mata mampu titik
keberangkatanku yang tak lagi nampak, hanya terlihat langit gelap dan
kelam di ujung sana. Angin masih berhembus kencang ke arah sana, namun
aku aman di bawah teduhnya pohon ini. Kuelus dadaku berkali-kali sambil
membelalakkan mata karena ingin tahu bagaimana keadaan jejak yang sedari
tadi enggan kulihat.
Jejak Rusa Dalam Hutan
Antah Berantah, 25 Desember 2013
Comments
Post a Comment