Skip to main content

I’m On Your Side

Hal kecil kau jadikan sebagai pijakan untuk menjadi besar dikemudian hari. Tidak banyak berharap, ku tetapkan diri untuk menerima semuanya, mengalir bagaikan air yang mengalir, hanyut dan berkumpul dengan keluarga air yang sama-sama beriak dipenghujung tujuan yang membawanya sejauh ini. 

"mengapa kau sampai saat ini masih tetap bertahan disini?" ku mengatakan bahwa hingga suatu saat nanti aku tetap menunggumu sayang. Tidak ada kata perpisahan dan kata melupakan janji yang telah aku buat sebelumnya. Kau berpikir bahwa aku tampak begitu bodoh untuk melakukan sesuatu ini dengan sendiri tanpa adanya harapan apapun yang akan engkau berikan dikemudian hari. Kali ini aku torehkan tatapan tajam padamu, retina matamu serta bibirmu sekejap bergerak secara cepat untuk mengalihkan pandangannya dan terburu-buru menduduki bangku tepat berada disebalah kanan ku ini. 

Kini kita sama-sama duduk. Matamu kini menatap menuju kotak pos diseberang jalan, tepat didepan pelataran dimana kita singgahi untuk bertemu. "Dahulu sudah kukatakan bahwa kotak pos itu lama-lama akan keropos dan rusak hingga tak ada seorangpun yang hendak memperbaikinya agar tetap utuh seperti sediakala." Kalimat yang kau ucapkan kali ini begitu tajam dan terdengar lebih ketus dari biasanya. Dalam dirinya aku meyakini bahwa dia kelelahan selepas perjalanan panjang yang ditempuhnya untuk mengejar mimpinya yang dahulu sama-sama kita rangkai sebelum akhirnya dia kembali. 

Ada hal-hal yang tak ingin aku sampaikan. Hal yang hanya kuutarakan melalui raut wajahku, yang kuharap dapat kau baca melalui mataku.
Dahulu kita banyak menghabiskan waktu hanya untuk duduk-duduk bercerita mengenal satu sama lainnya. Ingat betul tentang semua. Aku memakai kemeja cokelat panjang yang kulipat lengannya hingga mencapai sikut dan kau memakai baju putih dengan cardigan cokelat yang kau kenakan siang itu. Kita sama-sama menyukai kopi, kini menjadi persamaan yang paling mencolok tentang kita.

Cangkir kopi kini telah ada dihadapanmu, kulihat kau tak begitu terpikat untuk mengambil dan menuangkan di antara rahangmu untuk kau salurkan menuju kenikmatanmu didalam sana, jiwa. Ku berbalik arah tak menghadap ke arahmu, ku lihat bahwa kotak pos itu tetap pada posisinya, sepi, sendiri dan lusuh. Anggapan diriku kali ini bahwa mengapa kotak pos itu tetap berdiri tegak meski tak ada yang mengunjungi baik sekedar ingin melihat ada apa didalam kotak tersebut maupun ingin menyimpan sesuatu didalam kotak itu, dedaunan dan pepohonan disekelilingnya meyakinkannya bahwa ia harus tetap berada dimana kotak tersebut ditempatkan, yakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, butuh ruang dan waktu untuk menyederhanakan segalanya. Waktu akan menjawab bahwa suatu saat akan datang orang yang kau inginkan dan kau akan melindunginya didalam kotak itu, nyaman yang akan diberikannya. Tersenyumlah diriku kali ini. 

"Mengapa kamu tersenyum? ada yang lucu dengan kotak pos itu?"

Kuhela nafasku kini. Ku alihkan pandanganku kini dan kutujukan padamu. Ku tersenyum melihat dirimu menanyakan hal tersebut. Kini ku dengan kembali nada-nada yang kau selalu keluarkan pada saat pertama kali kita bertemu. Aku merindukan nada suaramu yang dahulu. Aku merindukan. Aku juga merindukan dirimu yang saat ini. Secara keseluruhan, aku merindukan tentang dirimu. "Tidak". Aku menjawab dengan terbata dimana kali ini aku mulai gugup menghadapimu, menghadapi sifatmu yang kurindukan. Tetesan air hujan kini terdengar di ranting-ranting pohon.

Tepat kali ini kita duduk bersebalahan dengan kaca yang lebar ini. Dua sofa kecil berwarna hitam serta satu meja persegi berwarna kecoklatan tua yang terlihat kokoh. Kini ku mulai melihatmu terlihat nyaman berada bersamaku. Kuberikan beberapa helai cake kesukaanmu yang kau pesan dahulu, pertama kali kita bercengkrama mengenal satu sama lain. 

Tetesan air hujan kini membasahi hampir seluruh wilayah. Butiran air kini berada di kaca yang tepat berada disebelah kita. Kini kau mulai bertanya, "hendak kemana air-air tersebut apabila tidak ada orang yang membersihkan kaca tersebut?" kulihat tatapannya fokus menuju kaca dan bibirnya mulai tersenyum menunggu jawaban dariku. "air-air tersebut akan tetap berada di kaca tersebut hingga nanti". Kau tersenyum melihat jawaban dariku. Aku bermaksud memberitahumu bahwa, aku akan tetap berada didalam hatimu hingga nanti. Sama seperti kotak pos itu. 

Ku taruh senyum didepan wajahmu, ku lihat kau tersenyum menuju kotak pos dan air yang berada dikaca tersebut. Masih ada waktu untuk kita. Kini, menyandarkan kepalamu dibahuku, tepat seperti waktu itu, waktuku waktumu. 

i’ll be sitting and i’ll be waiting for you
cause all this thoughts and all this hopes
will go blue
time awaits you now
and breaks you now
i’m on your side
i’m on your side
i’m on your side
and memories is all we got
so hold my hand
and we’ll ease it out
tonight tonight
i can feel you in my sleep
the fear of eve is in my grief
the smile of light is flashing both my eyes
i’ll be sitting and i’ll be waiting for you

The Trees And The Wild - Honey Moon On Ice


"Menetap hatimu"






Comments

Popular posts from this blog

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan anta...

Sangkut

Places

Setelah beberapa waktu ini engga banyak nulis, akhirnya kali ini bisa nulis juga. Tentu disuasana yang beda sama pemikiran yang berbeda. Waktu rasanya cepet banget kali ini. Mulai nulis taun 2009 (tapi blog lama lupa password, penyakit), ga berasa aja sekarang udah tahun 2016. Tulisan di tahun ke-7 ini banyak rasa-rasa yang udah campur aduk, perjalanan yang berasa bukan kelok-kelok lagi, tapi udah berasa "ribet". Ya, gini adanya. Buat nulis hari ini, banyak kerjaan dulu yang harus diberesin dan gatau tiba-tiba punya inisiatif tingkat tinggi buat beresin beberapa file yang acak-acakan di dekstop sama di beberapa folder laptop. Ya sedikit mendingan dibanding sebelumnya. Yang belum mendingan cuma laptopnya aja, masih jadul (belum mampu beli dan secara ga langsung masih nyaman buat dipake), ya gitulah! :D Ngomong-ngomong ini persis 1 taun lebih 20 harian tinggal di kota orang (Jakarta) dan ya 8 bulan yang lalu genap umur saya di usia 23 tahun. Itu taun kedua sih ngerayai...