Skip to main content

Derap Kasih

Kali ini, kuletakan cangkir ini tidak pada tempat yang sama seperti dulu. Seperti saat dahulu kita bersama, segala yang menyangkut kita, pada saat kita lakukan bersama-sama. Tertawa dan bermanja ria. 

Ku duduk dipekarangan depan rumah, kini ku ganti kelinci-kelinci sebagai teman kita untuk bermain dahulu, yang dahulu kita rawat bersama, yang dahulu kita selalu tertawa didepan kelinci-kelinci jinak nan lucu tersebut. Ku ganti menjadi seekor rusa kecil, dengan tanduk yang hanya menonjol beberapa inci dari kepalanya. Banyak alasan mengapa kini ku mengganti hal-hal yang membuatku menarik untuk kulalui kala itu. Saat ini, kau bisa melihat betapa murungnya diriku pada saat kau tak ada di bagian hidupku. 

Pengandaian selalu ku lakukan setiap saat. Karena saat ini, hal yang paling menyenangkan untuk kulakukan bukan untuk bermain dipekarangan depan rumah dengan hewan-hewan tersebut, tetapi mengandai. Andai semuanya seperti saat kita bersama, sepert dahulu. Kuharap kau ikuti perkembanganku saat ini. Karena aku hanya ingin dirimu, bukan mereka. 

Melihat betapa beratnya segala derap langkahku setiap harinya. Rumah besar ini dibalut dengan pekarangan mungil nan indah. Pohon sakura yang kau tanam, dahulu tampak segar pada saat kita bersama-sama, kini merekapun menjadi sama seperti diriku, rapuh dan lesu. Merasakan apa yang kurasa, terlalu baik mereka saat ini, tetapi hati ini hanya ingin bila hanya diriku saja yang merasakan segala kerumitan dan keruwetan yang kurasakan, jangan mereka, jangan dia. 

Kuhirup bau tanah yang mengembang diatas permukaan tanah menuju udara dikarenakan gemericik hujan kini menetes secara perlahan menjadi semakin deras. Sinar surya kini mulai tertunduk malu untuk memberikan kehangatannya kembali untuk bumi, untuk diriku. Dingin menyelimuti diri ini, lagi dan lagi. Ku pikir, alam juga tak mampu untuk menghangatkan diriku ini. Mereka secara perlahan mundur teratur bagaikan prajurit yang lari kocar-kacir disaat tahu bahwa pemimpinnya tumbang dibelati oleh lawannya. Menyayat.

Uhhhh....

Biasanya, sore ini menjadi waktu yang menarik untuk kita nikmati bersama hingga malamnya. Aku pulang menuju rumah dan kau datang untuk menemaniku merebahkan segala penat dan badanku yang terasa lelah sekali beraktifitas disetiap harinya. Kau usap jari jemariku dan rambutku yang terurai panjang serta mukaku yang kusam dipenuhi dengan berbagai cobaan hidup, kasar, berdebu, jijik untuk sebagian orang yang melihatku. Tetapi engkau tak seperti mereka. Itu dasar yang aku suka pada dirimu. Melihat diriku apa adanya dengan setulus hati tanpa bualan dan cuap-cuap belaka. Kupeluk dirimu erat.

Tuhan tahu betapa sulitnya menjalankan hari-hariku tanpamu. Terkadang tuhanpun tahu betapa bencinya aku akan dirimu saat ini. Ku pikir tuhan tidak terlalu tahu bagaimana perasaanku saat ini. Buktinya, aku masih saja merasakan kepedihan yang membuat pupil mataku tidak dapat menerima hal yang menarik di dunia ini. Tuhan tidak tahu itu, tidak semua diketahuiNya.

Secangkir teh yang ku saji sendiri, kini telah tak sehangat saat pertama. Terlalu lama ku mendiamkannya. Terlalu banyak pikiran tentangmu sehingga tak sempat ku jamah minuman kesukaanku ini. Sampai kapan seperti ini. Derau dan kesalahanku seakan menjadi penyebab semuanya terjadi. Ku anggap kali ini aku yang membuatnya menjadi seperti ini, perpisahan yang menyakitkan untuk sebagian orang. Tak semua orang bernasib sepertiku. Tentu merekapun pasti terkapar jatuh bila merasakan hal sepertiku saat ini.

Aku membutuhkanmu, seperti mereka membutuhkanmu. Tetapi tetap saja hanya aku yang sangat membutuhkanmu, bukan mereka. Kembali, tetapi jangan kau kembali dengan membawa segudang kekecawaan yang kau dapat diluar sana untuk dilimpahkan kepadaku, ku hanya ingin dirimu seperti dahulu. Tersenyum dan merebah dipundakmu dengan belaian hangat disaat ku lelah dan ku memejamkan mataku untuk menutup mata. 



Kuhanyutkan diriku, hanya untuk mengenangmu... 

Comments

Popular posts from this blog

SMART FEST'09

Sebuah rangkaian acara yang didalamnya terdapat sebuah cerita yang sangat menyenangkan. Acara digelar pada tanggal 1 Nopember 2009 bertepatan dengan hari pengesahan Batik dari UNESCO. Sebuah acara yang menganbil sisi kreatif dari para pelajar SMA Negeri 2 Cirebon. Digelar dengan semangat juang tinggi, meskipun kecaman datang dari berbagai pihak tapi hasilnya adalah sebuah kesuksesan dan keberhasilan dengan dilandaskan kepada keinginan kuat. Sedikit bercerita tentang perjalanan terbentuknya kepanitiaan. Pada saat pertama yang pertama mengajak saya ikut bergabung dikepanitiaan adalah Rani, dia adalah seorang teman saya semasa SMP dan duduk dikelas IPA. Dia menjabat sebagai ketua didalam kepanitiaan PENSI SMANDA "SMART FEST09". Bulan April kita memulai dengan mengumpulkan temen-teman dari kelas 1. Saat itu saya dan temen-teman panitia masih duduk dibangku kelas 2 SMA. Kami mempersiapkan semuanya hingga membutuhkan waktu sekitar 6 untuk memastikan apakah acara ini dapat disetuju...

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan anta...

Keep smile with me

Tiga hari sudah kita tak bersua, tak bersapa dan takada kabar. Engkau disana dan aku disini. Meskipun kau disana dan sedang merasakan kesedihan yang begitu hebat, aku senantiasa menunggumu untuk kembali bercanda dan tertawa.  Tiga hari ini engkau menghilang entah kemana. Hujan yang terus mengguyur kota Bandung terus menemaniku. Melawan semua masalah itu memang terkadang sulit dan menyebalkan. Semuanya begitu berat sehingga engkaupun meminta waktu untuk menyendiri. Tiga hari ini apa yang kau lakukan? menyendirikah? bersenang-senangkah? akupun tak tahu apa yang terjadi. Akhir-akhir ini angin dan hujan berhembus dan mengguyur kota Bandung begitu kencang dan deras. Seluruh pesan masuk dan telepon masuk di handphoneku tak tercantum panggilan masuk ataupun pesan masuk darimu. Hey, tetaplah tertawa dan tersenyum denganku. Kesenanganlah yang akan membawamu menuju kegembiraan dikala matahari dan bulan menyinari bumi. Kicauan burung yang turut serta membuat kuping terasa ditemani d...