Skip to main content

Panggilan Pagi Hari



Membuka pintu kayu yang sedikit rapuh dan bersandar ditembok didepan kamarku. Menghembuskan nafas di pagi yang cerah ini dan memandang indah pada sang matahari. Burung berkicauan dengan penuh keindahan yang membuat pagi ini semakin indah karena pesan masuk darimu.

Memang begitu tidak mengenakan ketika pesan yang kau berikan memberi tahukan tentang kabarmu, sedih. Kau terbaring lemas disebuah gedung yang dipenuhi dengan bebauan khas yang diramaikan oleh pengunjung dan suster yang memakan baju rapih berwarna putih.

Menghadapai situasi seperti ini memang hatiku sedikit gundah, tidak dapat melihat orang yang aku sayangi terbaring lemas begitu saja, tak berdaya dan kaku. Sakit memang berada didalam sebuah ruangan yang dilengkapi ac dan dipergelangan tanganmu dimasuki sebuah jarum ang menghubungkan cairan obat menuju langsung kedagingmu.

Cukup, perhatianku ini terlalu berlebihan untuk seseorang yang memang bukan siapa-siapa dariku. Engkau memang seluruhnya miliknya tetapi aku bisa lebih baik darinya. Memberi sedikit waktu untukmu. Layaknya orang bodoh saja diriku mau memberikan sedikit waktuku ini untuk orang yang memang bukan siapa-siapa dari diriku ini.

Ya sudahlah, hati tidak dapat berbohong, bila hati ini hendak memberikan sedikit perhatian bagimu dapat dipastikan aku memang tidak bodoh, karena aku sayang. Semuanya tidak berlebihan dan tidak pula biasa saja. Berjala mengalir layaknya air yang begitu deras dan berakhir disebuah genangan tenang yang tertampung.

Berlari memang pilihanku darimu, tetapi hati tidak bisa berkata sebaliknya. Aku tetap menaruh sebuah sesuatu untukmu. Memang ini masih belum cukup untukmu mengerti akan perasaanku, kaupun telah bersamanya.

Berharap kau cepat sembuh

Comments

Popular posts from this blog

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan anta...

Sangkut

Places

Setelah beberapa waktu ini engga banyak nulis, akhirnya kali ini bisa nulis juga. Tentu disuasana yang beda sama pemikiran yang berbeda. Waktu rasanya cepet banget kali ini. Mulai nulis taun 2009 (tapi blog lama lupa password, penyakit), ga berasa aja sekarang udah tahun 2016. Tulisan di tahun ke-7 ini banyak rasa-rasa yang udah campur aduk, perjalanan yang berasa bukan kelok-kelok lagi, tapi udah berasa "ribet". Ya, gini adanya. Buat nulis hari ini, banyak kerjaan dulu yang harus diberesin dan gatau tiba-tiba punya inisiatif tingkat tinggi buat beresin beberapa file yang acak-acakan di dekstop sama di beberapa folder laptop. Ya sedikit mendingan dibanding sebelumnya. Yang belum mendingan cuma laptopnya aja, masih jadul (belum mampu beli dan secara ga langsung masih nyaman buat dipake), ya gitulah! :D Ngomong-ngomong ini persis 1 taun lebih 20 harian tinggal di kota orang (Jakarta) dan ya 8 bulan yang lalu genap umur saya di usia 23 tahun. Itu taun kedua sih ngerayai...