Skip to main content

Time

"nobody said it was easy"

Sempat saya terhenyak mendengar kalimat demi kalimat itu keluar dari mulutnya. Namun kemudian saya tersadar. Siapa di dunia ini yang bisa lolos dari jeratan patah hati?

Saya percaya setiap orang memiliki setidaknya satu pengalaman patah hati yang paling menyedihkan. Jika ada yang menjawab tidak, ya bersiaplah mungkin jawaban yang sesungguhnya adalah “belum”  kemudian dengan susah payah saya mengingat pengalaman-pengalaman patah hati saya. Ah, saya selalu percaya, seberat apapun yang saya hadapi, suatu saat saya dapat mengenang cerita itu dengan tersenyum atau bahkan tergelak menertawakan kebodohan-kebodohan terdahulu.
Dan setelahnya, pemikiran yang hadir dalam diri saya mungkin adalah hal paling “klise” yang akan didengar mereka yang baru patah hati. Bahwa Tuhan memiliki rahasia yang begitu bermakna. Bahwa suatu hari, kita akan menemukan sosok yang jauh lebih baik.

Saat ini alasan saya untuk terus mempertahankan hubungan hanyalah satu. Mungkin setiap orang memiliki pandangan tersendiri mengenai pasangan ideal yang patut dipertahankan. Tapi menurut saya, ideal adalah ketika kita yakin kita dapat bertahan dan bahagia bersama dia, untuk jangka waktu yang lama. Sesederhana itu.
Ketika keyakinan itu hadir, saya tidak lagi mempersoalkan apakah kelak ia akan menjadi seorang pengusaha sukses, apa saja hal yang telah kami capai, apakah hobi kami akan sejalan, atau hal-hal lainnya. Saya hanya yakin dapat menjadi diri saya seutuhnya, begitupun ia, dan berdua dapat menjadi “kami” yang tidak harus selalu mengikuti patokan pasangan ideal. Ya, keyakinan seperti itu.
Maka pada saat patah hati itulah, saya pikir, kita berusaha menyelami diri kita. Menghabiskan waktu untuk mengenal diri sendiri sehingga kita mengetahui apa sebenarnya langkah yang kita butuhkan.
Klise? Hehe. Tapi itulah yang saya dapatkan. Saya tidak lagi memandang sebuah hubungan dengan begitu rumitnya. Bagaimanapun cara atau pemahaman yang kamu dapatkan, saya selalu berharap teman-teman tersayang saya bahagia :’)



Time will tell, dear. And you'll be surprised.


Comments

  1. Tempat yg aman dari patah hati cuman surga atau neraka bung pilihannya, maka itu mari mencoba menikmati hidup dengan segala macam suka dukanya hehe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan anta...

Sangkut

Places

Setelah beberapa waktu ini engga banyak nulis, akhirnya kali ini bisa nulis juga. Tentu disuasana yang beda sama pemikiran yang berbeda. Waktu rasanya cepet banget kali ini. Mulai nulis taun 2009 (tapi blog lama lupa password, penyakit), ga berasa aja sekarang udah tahun 2016. Tulisan di tahun ke-7 ini banyak rasa-rasa yang udah campur aduk, perjalanan yang berasa bukan kelok-kelok lagi, tapi udah berasa "ribet". Ya, gini adanya. Buat nulis hari ini, banyak kerjaan dulu yang harus diberesin dan gatau tiba-tiba punya inisiatif tingkat tinggi buat beresin beberapa file yang acak-acakan di dekstop sama di beberapa folder laptop. Ya sedikit mendingan dibanding sebelumnya. Yang belum mendingan cuma laptopnya aja, masih jadul (belum mampu beli dan secara ga langsung masih nyaman buat dipake), ya gitulah! :D Ngomong-ngomong ini persis 1 taun lebih 20 harian tinggal di kota orang (Jakarta) dan ya 8 bulan yang lalu genap umur saya di usia 23 tahun. Itu taun kedua sih ngerayai...