Skip to main content

Sepucuk Kata Untuk Ibu


2011, tahun pertama ketemu orang-orang kaya mereka. Khususnya Ibu Teti, dosen dan founders dari Parahyangan Law Debate Community di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. PLDC sebagai satu komunitas debat hukum yang banyak mengirimkan mahasiswanya untuk berlajar banyak mengenai permasalahan hukum dan perlombaan debat hukum tingkat nasional. Di lembaga ini, saya banyak berkembang dan menyerap ilmu yang di luar dari anak hukum pada umumnya. Di bantu dengan beberapa rekan dan senior, saya bersyukur dapat bergabung dengan mereka. Tak lupa, saya selalu bersyukur dan berterima kasih dipertemuka dengan Ibu Teti yang selalu mendukung dan menjadi panutan untuk saya pribadi. Bu Teti menjadi "Ibu" kedua saya di dunia. Darinya saya mendapatkan segala sesuatu yang hampir serupa dengan ibu kandung saya. Dengan menaruh rasa hormat dan kasih sayang yang sangat mendalam pada beliau, saya selalu mengucapkan rasa syukur dan terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikannya. Terima kasih ibu, terima kasih ibu Teti telah menjadi sosok yang mempengaruhi dan merubah pribadi saya menjadi lebih baik dan selalu menjadi lebih baik lagi. We love you, Mom!

Comments

Popular posts from this blog

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan anta...

Sangkut

Places

Setelah beberapa waktu ini engga banyak nulis, akhirnya kali ini bisa nulis juga. Tentu disuasana yang beda sama pemikiran yang berbeda. Waktu rasanya cepet banget kali ini. Mulai nulis taun 2009 (tapi blog lama lupa password, penyakit), ga berasa aja sekarang udah tahun 2016. Tulisan di tahun ke-7 ini banyak rasa-rasa yang udah campur aduk, perjalanan yang berasa bukan kelok-kelok lagi, tapi udah berasa "ribet". Ya, gini adanya. Buat nulis hari ini, banyak kerjaan dulu yang harus diberesin dan gatau tiba-tiba punya inisiatif tingkat tinggi buat beresin beberapa file yang acak-acakan di dekstop sama di beberapa folder laptop. Ya sedikit mendingan dibanding sebelumnya. Yang belum mendingan cuma laptopnya aja, masih jadul (belum mampu beli dan secara ga langsung masih nyaman buat dipake), ya gitulah! :D Ngomong-ngomong ini persis 1 taun lebih 20 harian tinggal di kota orang (Jakarta) dan ya 8 bulan yang lalu genap umur saya di usia 23 tahun. Itu taun kedua sih ngerayai...