Kau terdiam disampingku, "ternyata hati ini banyak menelan kepahitan, entah harus kemana perginya, ternyata dunia tak seindah yang ku katakan, ternyata dunia telah menelannya" tiba-tiba dalam diri ini mengatakan sesuatu yang tanpa ku sadari bahwa hanya dirimu yang masih tetap setia untuk menemaniku di kesendirian ini. Terlepas semuanya, kemana semua yang indah dan selalu tertawa?
Berulang kali kupikirkan dengan sangat dalam, membuat seluruh sel-sel otak dan nafas ini terengah dan teremas. "Selalu kah hal seperti ini menyelinap masuk di kehidupanku?" aku menanyakan untuk kesekian kalinya, di dalam kontemplasi yang ku lakukan beberapa waktu ini, diri ini menggambarkan rapuhnya sebuah sesuatu yang terlalu mudah untuk di patahkan. Tetapi dari seluruhnya, diri ini mengatakan bahwa tak ingin ku sendiri, tak pernah ku berharap seperti ini.
Ku kayuh hidup ini
Semuanya terlalu rumit untuk ku lalui sendiri
Yang berkehendak telah menancapkan keinginannya
Kini hanya sendiri disini untuk terus dihakimi
Suara parau tak mampu untuk menggema
Sadar bahwa semuanya harus ku jalani
Tak pernah dapat di mengerti
Biarlah kuasa ilahi yang memberi
Aku tetaplah aku, tak dapat di mengerti
Mengatakan sesuatu pada alam, kau bilang bahwa alam akan mendengar dan bereaksi lebih dari yang di bayangkan. Pernah ku bertanya, "apakah semuanya harus seperti ini? mengapa harus seperti ini?" terenyuh akan pertanyaan yang selalu ku lantunkan hingga membuat telinganya terusik, dan kau pun menjawab "ilahi, hanya ilahi yang mengetahui. kita hanya menjalani dan memngambil secercah pengalaman dan pelajaran yang tak pernah kita pernah pikirkan sebelumnya". Terlalu lama untuk menanyakan sesuatu yang mungkin jawabannya hanya akan ku temukan bersama dengan yang menjadi imanku, hanya dariNya.
Melukiskan indahnya hidup, kain apapun tak akan mampu untuk menerima coretan gambar ini, langit dan bumi pun sepertinya tak akan mampu. Terlalu banyak warna-warna indah yang dahulu menghampiri, lalu pergi lagi. Tetapi tetap saja selalu kulihat indahnya warna yang telah ku oleskan perlahan, seiring dengan cerita hidup ini yang selalu ku lihat menakjubkan.
Tertawa, tersiksa, tersungkur, dan segala macam cerita selalu menemani hidup. Fase hidup selalu berubah. Banyak orang mengatakan bahwa roda selalu berputar, ku yakini bahwa apapun akan berputar. Bukan berarti diri ini meyakini bahwa dalam waktu cepat atau lambat "karma" yang banyak orang katakan akan menjerat balik pada pihak itu. Tak ada maksud apapun, tetap menjadi yang terbaik yang menikmati hidup, dunia akan terlupa dan hinggap pada dunia yang kelak akan kekal dan abadi.
Kali ini, mengatakan pada sang bulan. Kali ini memang lebih terasa, semuanya lenyap tak bersisa. Kau mengatakan bahwa dunia tak akan selalu tampak indah, kadang akan pergi masa-masa yang mudah dan tawa yang cerah, kali ini terdiam yang akan menjadi rasa yang dinikmati oleh diri ini.
Kurangi, kurangi lukaku. Temani sepiku...
Hingga suatu saat nanti, tubuh ini tak bertuan dan tak terjaga dengan hal adanya. Selamanya, selama-lamanya, temukanlah aku yang terlepas ini. Hendak kemana lagi harus melangkahkan langkah ini.
Malam yang tak berseri, indah tak dapat ku nikmati, dalam hati ini yang selalu tak letih untuk memberikan maaf sebagai ungkapan cinta yang tak pernah letih. Dan ku harap, tak akan pernah kembali lagi, tak perlu untuk menangisi lagi, biarkan hal ini mengalir sampai nanti.
Kali ini, biarkan saya bercerita dengan tuhan. Bersuara denganNya yang memberikan suara ini. Berkata denganNya. Lalu diam merenungkannya. Lalu biarkan seleksi dan sikap Tuhan bekerja pada hati setiap orang.
Kota Mati, 2015
Comments
Post a Comment