Didalam hidup memang banyak mimpi-mimpi yang hendak kita capai, kita tempuh meskipun sedemikian rumitnya untuk kita gapai. Waktu, biaya, tenaga, pikiran bahkan perasaan juga turut berperan penting dalam suatu perjalanan mencapai mimpi tersebut. Manusia diberikan akal dan hati agar dapat memikirkan dan mencerna sesuatu dengan sangat baik. Semua di olah sedemikan rupa, hingga pada akhirnya mimpi yang tak mungkin di raih, kini dengan mudah diraih oleh seluruh manusia.
Tertawa saja bila melihat banyak orang bermimpi. Kegilaan mimpi mereka tak terbayangkan bila dijadikan sebuah catatan betapa gila dan suntuknya melihat persiapan yang akan dikerjakan untuk mendapatkan mimpi tersebut. Hingga nanti, yang aku tahu bahwa mimpi akan kita dapatkan pada saat kita berusaha dan berdoa.
Membicarakan tentang seberapa jauh usaha dan doa, kali ini aku bertanya dalam hati seberapa keras dua hal tersebut aku lakukan. Situasi yang ada menggambarkan bahwa masih sangat jauh usaha dan doa untuk menggapai mimpi tersebut. Kali ini aku membicarakan mimpi tentang duniawi yang tak ayal membuat tingkah laku diri ini konyol bahkan cenderung membuat orang terpingkal untuk menertawakanku. Sampai kapanpun, orang akan tetap terbahak-bahak melihat kekonyolan caraku untuk mendapatkan mimpi itu, tapi tentunya doa yang ku panjatkan tak akan pernah ditertawakan oleh siapapun, aku percaya.
Disisi lain, aku terkadang memikirkan tentang mimpi yang belum terlaksana oleh kedua orang tuaku. Ya, orang tua, ayah dan ibuku. Mereka menginginkan satu mimpi yang tak biasa bagiku, untuk ukuran sudut pandang kaum pemuda seperti diriku ini, hal tersebut belum terlalu banyak kupikirkan saat ini, tetapi dari sisi hati yang terdalam, aku menginginkan juga mimpi tersebut.
Naik haji, Mekkah.. Madinah..
Ternyata, sejak dahulu mimpi yang ingin di wujudkan oleh kedua orang tuaku secara khusus dan orang tua yang lain adalah naik haji selain melihat anak-anak mereka sukses duniawi dan melihat kelak cucu-cucu mereka, ditimang oleh mereka pada saat mereka mulai menua. Hal terindah untuk umur mereka kali ini adalah melihat bangunan suci Mekkah dan Madinah. Sekedar melihatnya saja, aku anggap mereka akan begitu bahagianya, bila mereka bisa menyentuh ka'bah, yang aku bayangkan adalah tetesan air mata haru yang keluar dari kedua kelopak matanya yang tak kuasa menahan linangan air mata yang membuat kedua mata mereka menjadi sembab, tak ada ukuran bagi tangisan mereka bila di bandingkan dengan menyentuh dan berdoa di tempat suci Mekkah.
Doa...
Hal terpenting yang selalu diajarkan oleh kedua orang tuaku yaitu tentang bagaimana kita berdoa dengan tulus dan ikhlas pada Allah SWT. Tidak harus hal-hal besar yang dimana kita harus memanjatkan doa dengan banyak dan lantang. Lakukan doa itu untuk hal-hal kecil, tuhan akan terus membantu kita untuk tetap berdoa hingga suatu saat kita mencapai hal-hal besar, orang tuaku selalu berkata seperti itu hingga sampai saat ini. Kekuatan doa mengalahkan semua segala jenis tindakan yang kita lakukan. Berdoalah, maka tuhanmu akan selalu mendengarkan, percaya dan yakinlah bahwa tuhan tidak akan pernah tidur dan berkeluh atas doa yang selalu kita mohonkan padaNya.
Suatu saat, kelak doa yang selalu aku panjatkan sejak saat terdengar bahwa orang tuaku menginginkan untuk menginjakan kakinya di tanah suci Mekkah tak hentinya aku selalu berdoa bersujud padaMu ya rabb. Tanah suci akan tetap menjadi suci. Doa ini kelak akan menghantarkan mimpi kedoa orang tuaku untuk berdoa dan berserah diri hanya padamu ya rabb.
Amiinn ya rabbalalamin...
Untuk Ayahanda dan Ibunda
1 September 2014
Comments
Post a Comment