Skip to main content

Surat Hijau Lumut Berpita

Kotak surat yang berada didepan rumah kini terisi kembali, kau datang setelah kau melupakan diriku dalam waktu yang sangat lama, hingga tubuhku menjenuh, rapuh. Bunyi logam-logam tua yang kau buat dan kau gantungkan didepan jendela kamarku berbunyi bersamaan, tampak gaduh tetapi apalah arti gaduh tersebut karena kuanggap kegaduhan itu adalah sepenuhnya milikmu dan aku merasakan kau meramaikan pagiku, dering. Seekor burung hinggap diantara pagar-pagar kayu tua yang termakan umur, lapuk. Tampak sesekali mereka berbincang dipagar tersebut, pertanda bahwa hari mereka selalu tampak berseri karena mereka selalu berbicara dengan pasangannya, sedangkan aku? hah hanya pemandangan sunyi dan ruangan kamar ini saja yang selalu menemaniku, tentu dengan kotak pos didepan rumah yang selalu murung melihatku sendiri seperti ini setiap harinya, setelah dia pergi tanpa waktu yang pasti kapan akan kembali.

Pita kecil...Senyum dan hangatnya pagi ini...  

Kehilangan dalam waktu yang lama mungkin perih, tetapi tiada kata lagi untuk aku ucapkan pagi ini untuk menjamu segala sesuatu tentang hal apapun yang akan terjadi, bibirku berbisik pelan kepada halaman depan kamarku, "ku yakin bahwa sesuatu akan datang untuk mengisi kotak pos kosong tersebut". Dahulu kau pernah menyatakan bahwa impianmu menjadi seorang arsitek akan tercapai apabila kita selalu melakukannya bersamaan. Kala itu, pecahan sel-sel dalam tubuhku dibantu dengan otakku yang terlalu imajinatif terus berputar mengkhayalkan keindahan yang tingkat abstraksinya melebihi dari kata gila, bodoh mungkin lebih tepatnya. Tapi, dia selalu menangkapnya sebagai suatu hal yang mengandung seni yang sebenarnya dan memang saat itu ia butuhkan sebagai objek keindahannya. Sinting, terkadang dahi ini kukerutkan hingga terbagi membentuk 3 garis vertikal  tatkala dia meraih titik abstrak dariku, entah apakah aku yang gila atau memang sebenernya gila adalah dasar dari segala keindahan yang diimpikan dan dicari oleh banyak orang, merintih.

Benar dugaanku, surat yang kau janjikan akan kau kirim pada saat kau ingin bercerita akhirnya tiba untuk menghangatkan kotak pos yang kosong tersebut. Kotak pos yang telah lama kesepian, kini mendapatkan temannya kembali, meskipun hanya sesaat saja mereka bertegur sapa, kini ku ambil surat itu dan akan aku resapi apa yang hendak disampaikan surat tersebut. Aku yakin surat ini berisikan tentang perasaan yang sedang dirasakan oleh tuannya, jauh di negeri Paman Sam, Amerika. Tampak ada yang berbeda dengan surat yang kau berikan kali ini, hanya secarik kertas hijau lumut yang kau bungkus dengan amplop putih berhiaskan pita yang kau rekatkan pada amplop tersebut, manis memang, tetapi aku merasakan bahwa ini bukan dirimu yang dulu yang tampak acuh untuk menghias sampai seperti ini.

Merekah dan perih...
Rinduku memuncak saat kubuka secarik kertas yang baru kuterima pagi ini. Kusimpan amplop berhiaskan pita yang kau rekatkan. Tepat disamping badanku yang kurebahkan diatas kasur, hendak kubaca suratmu secara perlahan, mengalir. Hati dan rasa kini rasanya campur aduk, bagaikan jus buah yang dicampurkan dengan rasa macam-macam, nano-nano. Ketika aku hendak membaca surat tersebut, leburlah hatiku dalam secarik kertas berhias pita ini, rindu.

Burung-burung bersorak sorai gaduh, terbang kesana kemari, para musang ikut menggeliat bagaikan mereka menemukan makanan kesukaannya. Aku duduk lesu, murung. Sekian lama ku menunggu dan kini yang kudapatkan hanya beberapa kalimat yang kau tulis dengan tanganmu sendiri. Dahulu kau pernah bercerita bahwa bentuk tulisanmu seburuk cacing yang berada ditanah, menggeliat kotor dan berkelok-kelok. Kau torehkan tinta dalam penamu untuk menuliskan beberapa kalimat yang tidak terlalu panjang, bila ku ramu menjadi satu dalam sebuah percakapan, kau hanya berkata dalam kurun waktu satu menit saja, setelah itu hilang. Kehilangan segala sesuatu pada pagi ini dan setelah mebaca surat yang berikan, aku merasa bahwa selama ini diriku menghabiskan banyak waktu dan kurasa hidupku bagaikan kupu-kupu yang akan habis masa hidupnya, jatuh lalu mati. 

Seakan kembali dalam pijakan awal dan tak akan pernah kurasakan kapan pijakan akhir akan kugapai. Lingkaran hidup membawaku kembali dimana diri ini memulai semuanya. Tak pernah kau memikirkan hal ini sebelumnya, bahkan tak akan pernah kau merasakan bahwa segalanya telah dipersiapkan dengan sangat baik tanpa adanya hal yang aneh terjadi. Berkecamuk dengan sangat dalam, pada akhirnya kutemukan jawaban bahwa segalanya dapat berakhir pedih dan mengikat secara kejiwaan. Tak dapat ku elakan bahwa sakit yang kurasa ini bagaikan lagu yang ku dengar malam tadi, menutup semua langkah tanpa harus berhalusinasi dan merasuk terlalu jauh.

Sejauh mata memandang kebelakang, semakin dalam hati ini merintih sedih. Kau ucapkan kata perpisahan yang membelah badanku menjadi bagian mozaik. Semua percuma, kini diriku merasakan mati, mati rasa. Tanpa bayangmu, disisiku lagi. Tanpa hangatnya dekapanmu lagi. Sadarkan aku saat ini, terus melawan hati yang tak pernah padam kan hilang. Aku ucapkan maaf dan kaupun kan tetap pergi, selamanya. Sayup-sayup air yang mengalir, hembusan angin pagi ini membuat semuanya tampak seperti pagi kelabu yang tak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Kini, tak ada lagi pagi yang cerah dan malam yang indah. Akan kubuat duniaku sendiri, tanpa hadirmu, khyalanmu, mimpimu serta mimpi kita berdua, tak akan pernah merasa sebaik ini nantinya, kelam.

Andai kau tetap disini, ku pikir tak ada gunanya juga saat ini...
Selamat datang musim gugur, gugur hatiku...


Sepotong kue dan lilin kecil
Bandung, 2 September 2013

Comments

Popular posts from this blog

Mocca make me feel so happy

  Mocca, sebuah sesuatu yang sangat sering saya dengar didalam kampus maupun diluar kampus, dikota besar maupun dikota kecil. Banyak yang menyukai mocca. Mocca menurut mereka adalah salah satu minuman favorit yang wajib diketahui dan wajib dicioba. Sepintas terlihat memang minuman ini sungguh membuat lidah ingin mencicipi kelembutan float dan rasa mocca yang begitu menenangkan jiwa. Bandung merupakan kawasan kota yang dapat dibilang mempunyai hawa yang sejuk dan dingin pada saat malam. Saya sering mencoba kebeberapa cafe saat malam datang untuk sekedar menikmati mocca disetiap cafe yang saya kunjungi. Terasa kenikmatan mocca yang sangat menggigit dilidah dan menyenangkan dihati.  Beberapa bulan saya tinggal disini sudah ada beberapa cafe yang saya datangi untuk sekedar hanya menikmati mocca disetiap cafe tersebut. Harga untuk mocca memang sangat tergantung apa yang hendak dipesan. Tapi taste yang menyentuh jiwa tidak dapat dihargai sedikitpun. Kenikmatan, keindahan, aroma, dan rasa

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan antara a

I love you daddy

 When I was a baby 1. He cried when he first saw me. 2. He bought me everything I needed. 3. He smiled when he first heard our first word - even if it wasn’t DADDY. 4. He never gave up teaching me the simplest things. When I am a teenager 5. He works days and nights, and never complains. 6. He still buys me everything I need. 7. He is never mad when my report card is on fire, He smiles and says, “You will do better than this.” 8. He supports me in everything I do. 9. He comes to my tennis games and supports me like a mad-fan. 10. He still reminds me to have my breakfast, lunch and dinner so I’ll never skip them. 11. He sets my latest-hour to be out with my friends. 12. His smile makes me feel much better. 13. His hug can never be replaced by anyone else. 14. Even when he is tired, he still takes a moment of his time, goes to my room and sees me sleep. 15. He loves me for who I really am. 16. He keeps on calling when I don’t pick up the calls. 17. He never yells.