Skip to main content

Aku dan Kristiani

Kudengar suara dari Masjid di depan rumahku pada pagi hari ini, 04.36 jam dinding begitu nyaring suara ketukan jarum jamnya. Tok..tok..tok..tok..

Mataku masih berat untuk kubuka, bagaikan pintu reot yang sudah rapuh dan tak pelak rasanya tak ingin kubuka karena tak ingin menghancurkan pintu reot itu. Kian kubuka mataku, semakin menjadi rasa malasku untuk bangun sejenak. Untuk bangun saja rasanya sangat malas, apalagi untuk memenuhi kewajibanku padaNya. 

Rasanya pagi ini terlalu cepat bagiku. Kulangkahkan kakiku dalam balutan sendal yang baru ku dapat dari ayahku semalam, sendal taplak, ya sendal yang selalu didapat oleh para tamu hotel yang menginap. Ragaku tak ayal otakku, kacau balau bahkan cenderung sinting. Yang ada didalam benakku hanyalah kembali kepelukan kasur dan berharap pagi ini akan menani tidurku hingga siang hari nanti disaat sang surya menyinari ruanganku dan kurasakan teriknya. 

Pagi ini, ayahku mengajakku untuk berjalan kecil pada sebuah taman kota. Sebuah tempat dimana para orang-orang berkumpul untuk sekedar mencari udara segar hingga berolahraga. Tak jauh dari tempat tersebut, ada sebuah gereja. Megah bukan main, itu yang ada dalam bayanganku. Nama bangunan itu yaitu Gereja St. Petrus Louis. Langsung dalam sekejap, "gagah juga nama gedung tersebut, pasti orang yang memberi nama tersebut menginginkan agar gedung tersebut dapat menjadi kebanggaan kota dan jemaatnya". Ayahku tanpa berbicara panjang, mengajakku untuk mengunjungi gereja tersebut, kebetulan jam ibadah hari ini sedang tidak ada, jadi kami bebas untuk memasuki gedung tersebut. "Apa rasanya memasuki gedung gagah tersebut, pasti rasanya luar biasa menakjubkan...."

Ayahku membawaku dan mengenalkanku kepada seorang pria berjubah Putih dengan balutan selendang putih yang melingkari kedua bahunya dan dipermanis dengan topi kecil diatas kepalanya, Pendeta Geovani. Ternyata, pendeta tersebut adalah teman ayahku semenjak mereka berkenalan di perusahaan dimana tempat ayahku sekarang bekerja. Dahulu, ternyata mereka adalah kawan kerja di perusahaan. Tetapi singkat cerita, menurut Pendeta Geovani, beliau mendapatkan pencerahan bahwa dia harus mengabdikan seluruh hidup dan pikirannya hanya kepada Gereja dan Yesus. Senyumku melebar, betepa bangganya bahwa ayahku memiliki seorang teman yang mempunyai pemikiran brilian, dimana dia dapat mentransformasikan hati dan pikirannya kepada hal yang sangat disukai dan memang dikehendaki oleh Tuhan. Takjub...

Kini, kami dibawa oleh beliau menuju salah satu ruang kerjanya didalam gereja tersebut. Ditempat tersebut, beliau bekerja untuk mempersiapkan tentang segala sesuatunya yang akan diberikan terhadap para jemaat serta kegiatan gereja yang akan diselenggarakan di dalam lingkungan gereja maupun diluar gereja. Kami duduk dibangku tamu, ruangan ini begitu luas, bisa untuk 2 kamar tidur aku serta adikku dirumah sana. Pastur Geovani lalu memandangi wajahku dan tersenyum melihatku. "Hey, kamu sekarang sudah besar. Tidak gemuk dan gembil seperti dahulu. Kamu tumbuh sangat cepat, padahal dahulu, Bude (istri Pastur Geovani) kamu sering menggendongmu dan memberikanmu susu botol yang dibuatkan khusus untukmu, cokelat ya rasa cokelat yang kamu suka. Apakah kau menyukai susu cokelat hingga saat ini?" Betapa bahagianya kudengar ceritanya, tapi kuyakin masih ada cerita menarik lainnya yang akan beliau bicarakan kepadaku. Mengingat, malam tadi ayahku berkata bahwa aku akan mendapatkan banyak cerita menarik tentang aku dan keluargaku disebuah gedung yang sangat bagus.

Dihidangkannya segelas susu cokelat hangat dimeja, ternyata beliau ingin melihat wajahku bahagia bila melihat sebuah susu cokelat, sama seperti waktu kecil. Beliau melanjutkan ceritanya dengan sesekali meminum segelas teh manis hangat kesukaannya, ayahku pun sama dibuatkannya segelas teh manis hangat. Ternyata, dahulu sewaktu umurku 1 - 9 bulan, aku tidak langsung diurus oleh ibuku. Ibuku dulu sakit sehingga mengharuskannya berbaring dirumah sakit hingga beberapa bulan. Selama itu, akupun diasuh oleh istri Pastur Geovani. Kuteteskan air mataku perlahan, tapi kutahan. Aku tak ingin Pastur Geovani mehentikan ceritanya karena melihatku menangis bahagia melihat keluarganya yang begitu baik terhadap aku dan keluargaku. Mereka merawatku saat dulu. 

Beliau bercerita bahwa, setiap hari diriku dibawa ke sebuah gereja dimana mereka melakukan ibadahnya. Aku yang tidak mengerti apa-apa, bahkan untuk melihat duniapun masih tidak sanggup kulihat. Geraja yang dikunjungi oleh budeku menjadi tempat dimana aku diasuh dalam beberapa bulan, menunggu kesembuhan ibuku. Beliau berkata bahwa, setiap hari, dibawanya diriku kedalam gereja untuk mendoakan ibuku agar cepat sembuh dan dapat melihat anaknya dan tumbuh bersamanya. Kegiatan berdoa di Gereja dilakukannya setiap hari hingga ibuku dinyatakan sembuh. Kupejamkan mata dan membayangkan bahwa dahulu keluarga ini tak ragu untuk mendoakan ibuku yang sedang sakit, ku pikir kebaikan mereka hanya untuk merawaktu saja, tapi tidak. Merekapun mendoakan ibuku, hingga akhirnya, ibuku sembuh.

Pada akhirnya, kini setelah sekian lama, aku sadar bahwa didalam tubuhku ini mengandung berbagai cerita serta agama yang kuat didalam diriku. Islam adalah agamu, tetapi tak akan kulupakan bahwa Gereja sebagai tempat ibadah pemeluk agama Kristiani itupun menjadi separuh dari hidupku. Terima kasih tuhan, telah menciptakan berbagai warna dalam kisah hidupku dan keluargaku. Terima kasih kepada teman ayahku yang begitu baik dan bangganya diriku melihat sikap dan kepribadian keluarga kalian. Terima kasih atas segala hal-hal yang telah diberikan dan maafkan kami hingga saat ini belum dapat membalas apapun tentang kabaikan kalian, aku berdoa tuhan akan membalasnya kelak dengan hal yang sangat luar biasa bagi kalian. 

Semoga tuhan memberkati, Amin. Masjid dan Gereja... 


Sangkar Tua dan Rusa
Cirebon, 15 Agustus 2013 
 

Comments

Popular posts from this blog

Mocca make me feel so happy

  Mocca, sebuah sesuatu yang sangat sering saya dengar didalam kampus maupun diluar kampus, dikota besar maupun dikota kecil. Banyak yang menyukai mocca. Mocca menurut mereka adalah salah satu minuman favorit yang wajib diketahui dan wajib dicioba. Sepintas terlihat memang minuman ini sungguh membuat lidah ingin mencicipi kelembutan float dan rasa mocca yang begitu menenangkan jiwa. Bandung merupakan kawasan kota yang dapat dibilang mempunyai hawa yang sejuk dan dingin pada saat malam. Saya sering mencoba kebeberapa cafe saat malam datang untuk sekedar menikmati mocca disetiap cafe yang saya kunjungi. Terasa kenikmatan mocca yang sangat menggigit dilidah dan menyenangkan dihati.  Beberapa bulan saya tinggal disini sudah ada beberapa cafe yang saya datangi untuk sekedar hanya menikmati mocca disetiap cafe tersebut. Harga untuk mocca memang sangat tergantung apa yang hendak dipesan. Tapi taste yang menyentuh jiwa tidak dapat dihargai sedikitpun. Kenikmatan, keindahan, aroma, dan rasa

I love you daddy

 When I was a baby 1. He cried when he first saw me. 2. He bought me everything I needed. 3. He smiled when he first heard our first word - even if it wasn’t DADDY. 4. He never gave up teaching me the simplest things. When I am a teenager 5. He works days and nights, and never complains. 6. He still buys me everything I need. 7. He is never mad when my report card is on fire, He smiles and says, “You will do better than this.” 8. He supports me in everything I do. 9. He comes to my tennis games and supports me like a mad-fan. 10. He still reminds me to have my breakfast, lunch and dinner so I’ll never skip them. 11. He sets my latest-hour to be out with my friends. 12. His smile makes me feel much better. 13. His hug can never be replaced by anyone else. 14. Even when he is tired, he still takes a moment of his time, goes to my room and sees me sleep. 15. He loves me for who I really am. 16. He keeps on calling when I don’t pick up the calls. 17. He never yells.

Hospital 2007

Sebuah ruangan entah nomor berapa kamu terbaring lemas dan tidak berdaya. Wajahmu memancarkan perbedaan yang sangat berbeda, tidak seperti biasanya. Bibirmu yang hanya dapat tersenyum dengan harapan dapat memberitahu kepadaku bahwa kau baik-baik saja. Selang infus dan selang tabung oksigen tertancap didalam lengan kiri dan hidungmu yang mancung. Sungguh ini menyedihkan bagiku untuk melihatmu dalam keadaan seperti itu. Hari ini kau memasuki hari pertama untuk merelaksasikan tubuhmu dalam pangkuan sebuah kasur yang sangat jauh berbeda dengan kasurmu yang nyaman, dirumahmu. Tercium aroma untuk kamarmu saat ini yang sangat berbeda dengan aroma tubuhmu yang begitu harum dan menyenangkan. Tercium bebauan yang sangat lazin halnya untuk disebuah rumah yang semua orang berkunjung hanya untuk menengok orang sakit. Sebuah rumah yang sakit atau hanya aku saja yang menyebut rumah yang sakit ? Sudah beberapa hari ini aku menemanimu diruangan yang tidak pernah kita harapkan dan tidak membuat n