Skip to main content

Setangkup Sendu


Selalu saja salah, tanpa alasan jelas. Aku malas untuk terus memikirkan apa yang terjadi dengan semuanya, lelah dengan semuanya dan berharap semuanya dapat hilang tanpa bekas yang tersisa, lenyap. Kali ini amarah mau tak mau harus muncul dan tak dapat di tutup ataupun dibelenggu kembali. Sudahlah, semuanya telah terjadi, kini kau hanya bisa merenung dan akupun merasa bersalah akan semuanya. Mau tak mau, aku lagi yang salah, yasudahlah.

Berharap halusinasi datang menyergapku ditengah kondisi saat-saat yang seperti ini. Berperang dengan rasa waras yang saat ini kurasakan. Seolah bertanya pada diri sendiri, apakah aku ini masih cocok untuk dikatakan seorang manusia yang waras dan dapat mengerti akan sebuah perasaan, membual dengan dinding kamar yang selalu setia menemaniku hingga saat ini. Membenturkan kepala ke dalam tembok bagaikan sebuah luapan emosi yang begitu jalang bagiku, gila.

Lebih tenang saat ini, ya setelah membenturkan kepala pada dinding kamar tadi, sekarang adalah ketidak warasan yang terjadi kepadaku. Hidupku kini lebih tenang, memejamkan mata, menghirup udara dan mendengar sesuatu dengan lebih menikmati. Tak butuh kawan untuk mendengarkan lagi apa yang ingin aku ceritakan. Semuanya telah dapat kukerjakan sendiri dengan berbicara pada dinding kamar yang selalu setia mendengarkan segala ceritaku, hingga kapanpun. Kini tinggal berpikir, apakah akupun akan merasakan kejenuhan dikala aku merasakan ketidak warasanku ini, lihat saja beberapa saat lagi.

Berbalik kearah lain untuk berjalan sesuai naluri yang saat ini dirasakan. Merasa bahwa semuanya seakan menjadi sesuatu yang sangat bernilai, seperti halnya bahwa kali ini mendekati jala yang akan segerea tiba. banyak bintang disana, seolah menungguku untuk tetap berjalan tenang ke arah yang sudah ku tentukan sebelumnya. Cahaya sinar menyinari jalan yang sedang kulalui ini, semakin deketlah aku dengan pusat cahaya itu dan binatang itupun beramai-ramai menuntunku kesana, bias.

Seolah saat ini ku sudah tak lagi berada didunia nyata, dunia ini sungguh memang bukan duniaku, dunia tanpa nama ku bilang saat ini. Ya, mengapa ku sebuh tempat ini dunia tanpa nama, sebab disekelilingnya hanya cahaya dan para bintang saja yang ada dan mereka menari dan bernyanyi untukku, mengasikan. Perlahan kucoba untuk terus menghisap hawa dalam dunia yang baru ini, setelah itu perasaan ini seolah melayang tanpa perasaan yang sama disaat aku berada di dunia asalku dengan keadaan waras, tentunya.

Ada setangkup asa dalam diri seseorang untuk tetap menggambarkan bahwa dunia ini penuh dengan warna dan selalu mengasikan bila kita dapat bermain dan berjalan dengan kondisi didunia. Mereka memang tak seperti aku, aku pun tak seperti mereka, yang seakan membuat semuanya yang ada didunia menjadi lebih mudah dan tampak indah bila kita dapat menjalankan semuanya dengan baik. Tidak bagiku, sisi egoku saat ini muncul dengan beragam pemikiran layaknya orang yang tidak waras, karena saat ini aku sedang dalam titik dimana aku menjalankan kehidupan dengan judul pada diriku adalah tidak waras. Seolah bahwa kini hanya aku saja yang dapat menunjukan jalan pikiranku dan menunjukan sisi egoku, keras.

Saat ini, ku ketuk pintu hatiku ini untuk tetap berjalan dalam jalanan yang hening dan menenangkan. Tak usah untuk terlalu memikirkan sebuah perasaan yang membuat semuanya semakin tegang dan tak ada akhirnya. Berusaha memetik gitar untuk menikmati sore ini dengan secangkir teh hangat yang baru saja ku buat dikala jiwa ini sedang tidak waras, tetapi saat ini kupastikan memetik gita dan menikmati teh hangat itu dalam keadaan waras dan sedang mencoba menghilangkan segalanya, hembusan angin sore ini mungkin akan mebawa semuanya menjadi lenyap dari pikiran.

Ikuti aku kali ini, kupastikan bahwa semuanya berbentuk segumpal nada-nada dengan melodi yang indah yang dapat mencerahkan kehidupan kalia, saat ini aku dalam keadaan dimana warasku ini menjadi senjata paling ampuh untuk dapat melihat kenyataan dunia saat ini, terdengar suara biola di telingaku dan itu membuat hidupku bagaikan lantunan gesekan biola yang tampak indah, simfoni kehidupan baru dimulai kali ini.

Bagiku, hidup memang selalu menjadi tampak lebih mudah tak tampak sulit. Senyuman dan semangat saja tak dapat menjadi semuanya seperti membalikan telapak tangan, sukar untuk menundukan sesuatu yang berantakan. Secangkir teh sore ini telah habis ku nikmati, saatnya bergegas untuk meninggalkan tempat ini dan membuang semua beban yang baru saja aku lewati dengan cara sengaja membuat diriku ini menjadi tidak waras

Mulai tenang, dari hati. Keangkuhan yang bisa menghancurkan kehidupanku dan saat ini kulihat dia diam disana sendiri, melihat sinarnya, membiaskan beban tadi dan tampak senyum pada wajahku kini mulai mengembang dan membiaskan semua yang lalu. Sinarnya membiaskan keluhku, dia tenang disana dan jiwakupun tenang melihatnya disana, rindu.



Pojok kamar
"Serumit Hidup Masa Kini"
Bandung, 15 April 2012





Comments

Popular posts from this blog

Mocca make me feel so happy

  Mocca, sebuah sesuatu yang sangat sering saya dengar didalam kampus maupun diluar kampus, dikota besar maupun dikota kecil. Banyak yang menyukai mocca. Mocca menurut mereka adalah salah satu minuman favorit yang wajib diketahui dan wajib dicioba. Sepintas terlihat memang minuman ini sungguh membuat lidah ingin mencicipi kelembutan float dan rasa mocca yang begitu menenangkan jiwa. Bandung merupakan kawasan kota yang dapat dibilang mempunyai hawa yang sejuk dan dingin pada saat malam. Saya sering mencoba kebeberapa cafe saat malam datang untuk sekedar menikmati mocca disetiap cafe yang saya kunjungi. Terasa kenikmatan mocca yang sangat menggigit dilidah dan menyenangkan dihati.  Beberapa bulan saya tinggal disini sudah ada beberapa cafe yang saya datangi untuk sekedar hanya menikmati mocca disetiap cafe tersebut. Harga untuk mocca memang sangat tergantung apa yang hendak dipesan. Tapi taste yang menyentuh jiwa tidak dapat dihargai sedikitpun. Kenikmatan, keindahan, aroma, dan rasa

I love you daddy

 When I was a baby 1. He cried when he first saw me. 2. He bought me everything I needed. 3. He smiled when he first heard our first word - even if it wasn’t DADDY. 4. He never gave up teaching me the simplest things. When I am a teenager 5. He works days and nights, and never complains. 6. He still buys me everything I need. 7. He is never mad when my report card is on fire, He smiles and says, “You will do better than this.” 8. He supports me in everything I do. 9. He comes to my tennis games and supports me like a mad-fan. 10. He still reminds me to have my breakfast, lunch and dinner so I’ll never skip them. 11. He sets my latest-hour to be out with my friends. 12. His smile makes me feel much better. 13. His hug can never be replaced by anyone else. 14. Even when he is tired, he still takes a moment of his time, goes to my room and sees me sleep. 15. He loves me for who I really am. 16. He keeps on calling when I don’t pick up the calls. 17. He never yells.

Hospital 2007

Sebuah ruangan entah nomor berapa kamu terbaring lemas dan tidak berdaya. Wajahmu memancarkan perbedaan yang sangat berbeda, tidak seperti biasanya. Bibirmu yang hanya dapat tersenyum dengan harapan dapat memberitahu kepadaku bahwa kau baik-baik saja. Selang infus dan selang tabung oksigen tertancap didalam lengan kiri dan hidungmu yang mancung. Sungguh ini menyedihkan bagiku untuk melihatmu dalam keadaan seperti itu. Hari ini kau memasuki hari pertama untuk merelaksasikan tubuhmu dalam pangkuan sebuah kasur yang sangat jauh berbeda dengan kasurmu yang nyaman, dirumahmu. Tercium aroma untuk kamarmu saat ini yang sangat berbeda dengan aroma tubuhmu yang begitu harum dan menyenangkan. Tercium bebauan yang sangat lazin halnya untuk disebuah rumah yang semua orang berkunjung hanya untuk menengok orang sakit. Sebuah rumah yang sakit atau hanya aku saja yang menyebut rumah yang sakit ? Sudah beberapa hari ini aku menemanimu diruangan yang tidak pernah kita harapkan dan tidak membuat n