Skip to main content

Negara Karnaval

Lagi-lagi sebagai bahan perbincangan diseluruh media baik elektronik maupun cetak. Negara ini tidak henti-hentinya menjalankan berita yang sungguh membuat kuping panas dan suasana kepenatan yang memuncak. Tidak salah bila beberapa kaum mahasiswa berpikir keras bagaimana harus menyudahi semua yang menjadi bom waktu bagi negeri ini. Semua terukir disuatu lembaran yang selalu saya baca dan itu membuat mata saya terplot tajam kearah tulisan yang sedikit mengganggu dan mengusik ketenangan jiwa.

Sungguh tidak dapat dimengerti, mulai dari kasus PSSI diadukan ke FIFA, kasus Dipo yang ingin "menggembok" media yang selalu menceritakan kejelekan dari pemerintahan saat ini. Saya bercerita menurut hati nurani yang ingin diteriakan bagaikan gelombang ultrasonik yang ingin menggema seantero galaxi.

Memulai PSSI yang saat ini terjadi beberapa demo dan aksi menolak pencalonan Nurdin Halid. Semua seakan diorganisir oleh orang yang ingin terus duduk dalam suatu jabatan dan dabat dikatakan "terlalu lama duduk lupa berdiri" mungkin itu bisa menjadi bahan atau kata yang sungguh pantas bagi seorang ketua yang ingin memenangkan segalanya. Tidak dapat dipungkiri seluruh lawan dalam pencalonan menjadi ketua PSSI dinyatakan gugur dengan alasan tertentu. Aneh sekali melihat organisai persepakbolaan negeri ini, bukan sepak bolanya yang bermasalah. Seakan masyarakat adalah manusia bodoh yang selalu menuruti apa yang diucapkan oleh para pemimpinnya. Saat ini masyarakat tidak seperti patung yang hanya diam dan terpaku melihat semuanya. Masyarakat dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk negeri ini. Negeri ini bukan negeri boneka dan mainan lagi layaknya rezim jaman Bpk. Soeharto. Ini negeri bukan tempat untuk melucu. Ironis sekali melihat semuanya. PSSI seharusnya melihat apa yang dimau para pecinta olahraga terutama sepak bola. Tujuannya toh sama saja ingin membuat prestasi sepak bola dan mengharumkan bumi Indonesia didunia. Sadar bung Nurdin!!

Ini lagi, seorang pejabat pemerintahan yang menjabat sebagai Sekretaris Kabinet malah bertingkah aneh lagi soal media. Ada saja kelakuannya, saat ini Dipo ingin "menggembok" media massa yang dituding selalu memberikan kabar yang buruk tentang pemerintahan Indonesia. Dirinya seakan sebagai seorang diktator yang ingin mencoba mengulangi masa kejayaan pemimpin kita dimasa lampau pada era Soeharto. Mengeksplor semua unek-uneknya tentang media memang menjadi haknya untuk memuntahkan seluruhnya kepada pihak media. Tetapi tidak dengan melarang media-media tersebut dilarang tayang atau melakukan pekerjaannya seperti biasanya. Somasi dari Dipo Alam yang dilakukan terhadap Media Indonesia dan Metro TV menurut penasehata Media Group, Jafar Assegaf, Undang-Undang nomor 40 tahun 1999 tentang Pers (pasal 4) tentan jaminan kebebasan pers dapat diterapkan dalam praktiknya. Sungguh aneh bila media akan di bredel lagi seperti jaman dahulu, mau dibawa kemana kebebasan media?

Lagi-lagi semuanya menjadi perbincangan hangat dan dibumbui drama layaknya sinteron yang dinikmati oleh para penonton setianya. Setiap detik dan menit dengan berita seperti ini, mata selalu tertuju dan tertancap di monitor televisi. Berjam-jam dihabiskan untuk selalu memantau perkembangan dan berita teraktual di layar televisi. Dipandu oleh beberapa narasumber yang seakan-akan tahu banyak soal masalah yang sedang timbu dilayar televisi. Berbagai tanggapan pro dan kontra sangat jelas terlihat. Tidak pernah ada jalan lurus yang dapat menyelesaikan semuanya dengan cara cepat dan tepat. Menggantung, itu saja yang selalu saya katakan disetiap masalah yang timbul di monitor. Media elektronik dan cetak semakin kritis dan tajam akan berita yang hangat diisukan. Para penikmat masalah yang ada, seakan terus mempersiapkan mulutnya hingga berbusa untuk selalu memperdebatkan walaupun pemerintah tak pernah mengharapkan saran dari kalangan itu. Cukup jelas ketimpangan yang dijalankan pemerintah tidak pernah bersikap terbuka akan masalah dan keluhan masyarakat akan masalah yang ada. Yah inilah yang dapat dinamakan "Negara Karnaval" selalu saja ada hiburan, cacian dan sejuta kisah dari acara ini. Selamat berjuang untuk tetap berpikir kritis dan semangat untuk menyiapkan kat-kata yang ingin disampaikan untuk menyelesaikan masalah demi masalah dengan didasari hukum dan prosedur yang jelas dan tertib.

Comments

Popular posts from this blog

Mocca make me feel so happy

  Mocca, sebuah sesuatu yang sangat sering saya dengar didalam kampus maupun diluar kampus, dikota besar maupun dikota kecil. Banyak yang menyukai mocca. Mocca menurut mereka adalah salah satu minuman favorit yang wajib diketahui dan wajib dicioba. Sepintas terlihat memang minuman ini sungguh membuat lidah ingin mencicipi kelembutan float dan rasa mocca yang begitu menenangkan jiwa. Bandung merupakan kawasan kota yang dapat dibilang mempunyai hawa yang sejuk dan dingin pada saat malam. Saya sering mencoba kebeberapa cafe saat malam datang untuk sekedar menikmati mocca disetiap cafe yang saya kunjungi. Terasa kenikmatan mocca yang sangat menggigit dilidah dan menyenangkan dihati.  Beberapa bulan saya tinggal disini sudah ada beberapa cafe yang saya datangi untuk sekedar hanya menikmati mocca disetiap cafe tersebut. Harga untuk mocca memang sangat tergantung apa yang hendak dipesan. Tapi taste yang menyentuh jiwa tidak dapat dihargai sedikitpun. Kenikmatan, keindahan, aroma, dan rasa

Bukan Retak, Tetapi Patah

Siang ini saya mendapat telepon dari Ayah. Biasanya beliau hanya menghubungi melalui whatsapp atau pesan singkat melalui handphonenya. Itu pun dapat dihitung dalam satu tahun, mungkin tiga kali dalam satu tahun, banyaknya empat atau lima kali satu tahun. Tidak pernah lebih.  Disaat yang sama, kebetulan saya sedang istirahat makan siang, sungguh kebetulan. Kebetulan, saya sejujurnya tidak percaya dengan hal kebetulan, tetapi kali ini alur ceritanya seperti itu. Siang ini matahari begitu terik, saya baru saja menyeruput minuman es teh manis, favorit untuk ukuran saya dan keadaan kantong saku saya, hehe. Selama saya berada di kota orang, saya tidak pernah berbicara panjang lebar dengan Ayah. Semuanya selalu berjalan dengan cepat, singkat dan padat. Tanpa basa-basi. Itu salah satu karakter Ayah saya, ternyata menurun pada diri saya. Topik pembicaraan yang disuguhkan Ayah sungguh membuat heran, tidak biasanya beliau menghubungi saya dan bercerita layaknya sebuah percakapan antara a

I love you daddy

 When I was a baby 1. He cried when he first saw me. 2. He bought me everything I needed. 3. He smiled when he first heard our first word - even if it wasn’t DADDY. 4. He never gave up teaching me the simplest things. When I am a teenager 5. He works days and nights, and never complains. 6. He still buys me everything I need. 7. He is never mad when my report card is on fire, He smiles and says, “You will do better than this.” 8. He supports me in everything I do. 9. He comes to my tennis games and supports me like a mad-fan. 10. He still reminds me to have my breakfast, lunch and dinner so I’ll never skip them. 11. He sets my latest-hour to be out with my friends. 12. His smile makes me feel much better. 13. His hug can never be replaced by anyone else. 14. Even when he is tired, he still takes a moment of his time, goes to my room and sees me sleep. 15. He loves me for who I really am. 16. He keeps on calling when I don’t pick up the calls. 17. He never yells.